Selamat
tahun baru untuk semuanya!
Tutup tahun 2015 dengan
penuh syukur, dan tatap 2016 dengan semangat menjadi lebih baik!
Sejak SMA, membaca ulang
buku harian di akhir tahun menjadi ritual wajib untukku. Sama
seperti tahun ini. Tapi sayang, banyak ‘tapi’-nya. Tapi yang pertama adalah aku
membaca buku harianku bukan di malam pergantian tahun seperti tahun-tahun
sebelumnya. Tapi yang kedua, hanya sedikit tulisanku di sana untuk tahun
2015-ku.
Kemarin, ada sebuah
cerita yang aku tulis di buku harianku, dan membuatku cukup...... *baca aja
kisahnya, mungkin kamu akan tahu maksudku.
Satu malam di
bulan April 2015,
Aku menemukan sebuah
buku milikmu ada di kamar kosku. Aku pikir kamu baru saja berada di sini. Lalu
aku buka smartphone untuk melihat whatsapp. Kamu ganti profil picture, berhubungan dengan buku yang
tertinggal. Buku itu tentang bahasa Indonesia. Nah, bahkan status whatsapp kamu mengandung sajaseong-eo (semacam peribahasa Korea
dengan 4 karakter Hanja). Sayangnya, aku lupa apa tulisannya. Lalu aku mau
menghubungi kamu, tapi aku terbangun dari mimpi!
Benar-benar mimpi yang
terasa nyata!
Namun, anehnya setelah
terbangun aku menemukan sebuah buku. Persis seperti dalam mimpi tadi. Mulailah
aku ragu kalau sekarang adalah nyata. Lalu yang aku lakukan adalah menunggu. Jika
benar nyata, harusnya kamulah pihak yang
akan menghubungiku. Kan kamu yang meninggalkan buku di kosku. Sembari menunggu
aku baca buku itu. Ternyata bukunya sangat menarik. Di saat aku sedang asik
menunggu sambil membaca, tiba-tiba aku terbangun. Sial!
Benar-benar mimpi yang
terasa nyata!
Dan aku terbangun dengan
penuh tidak percaya diri! Kejadian yang sama terulang lagi. Ada sebuah buku
tergeletak di samping kasurku. Buku yang kamu tinggalkan. Kali ini, aku
bersikeras bahwa sekarang adalah nyata. Bahwa tidak ada yang tidak mungkin di
dunia ini, bahwa segala hal mungkin terjadi. Semakin lama, aku mulai lelah
untuk meyakinkan bahwa ini nyata. Aku mulai menyadari bahwa saat ini, aku masih
berada dalam dunia mimpiku. Aku terus memanggil-manggil namaku sendiri untuk
membangunkanku.
Akhirnya, aku benar-benar terbangun.
Mataku basah.
Aku tersadar, bahwa
salah satu dari ‘mungkin’ itu adalah ketidakmungkinan. Ketidakmungkinanku
adalah kamu.
Meskipun yang aku alami
di atas hanya mimpi, aku merasakan lelah yang luar biasa. Untuk pertama kali
itu juga aku bermimpi semacam itu.